Jumat, 24 Mei 2013

Cara Pengobatan Penyakit ORF Pada Kambing


Penyakit ORF Pada Kambing

Salah satu penyakit yang sering dilaporkan  menyerang ternak kambing dan Domba di Indonesia adalah penyakit Ektima Kontagiosa (Orf). Nama lain dari penyakit Orf : Contagious Pustular Dermatitis, Sore Mouth, Scabby Mouth, Bintumen, Puru, Dakangan.
Orf adalah dermatitis akut yang menyerang domba dan kambing, ditandai oleh terbentuknya papula, vesikula, pustule dan keropeng pada kulit di daerah bibir, lubang hidung, kelopak mata, putting susu, ambing, tungkai, perineal dan pada selaput lender di rongga mulut.


Penyakit ini disebabkan oleh virus yang termasuk dalam grup parapoks dari keluarga virus poks (Andrewes et al., 1978). Virus ini sangat tahan terhadap pengaruh udara luar dan kekeringan, tetap hidup di luar sel selama beberapa bulan, serta dapat hidup beberapa tahun pada keropeng kulit. Pada suhu kamar, virus ini dapat tahan selama 15 tahun. Penyakit ini pada umumnya menyerang hewan muda setelah disapih, yaitu pada umur 3 – 5 bulan, tetapi kadang-kadang yang dewasa juga terkena. Manusia dapat tertular penyakit ini dan memperlihatkan lesi kulit yang berbentuk bulat disertai gatal.

Angka kesakitan (morbiditas) penyakit ini dapat mencapai 90 % pada hewan muda, tetapi angka kematiannya relative rendah. Kematian hewan biasanya diakibatkan oleh infeksi sekunder bakteri.


Epizootiologi
Penyakit ini dikenal di Indonesia pada tahun 1931 (Bubberman dan Kraneveld). Pada tahun 1979, penyakit ini dilaporkan di Yogyakarta, Kudus, Banyuwangi, Pasaman, Karangasem, Negara dan Medan.
Orf hanya menyerang kambing dan domba. Penyakit ini menimbulkan kekebalan yang berjangka waktu lama, oleh karenanya pada daerah-daerah enzootic penyakit ini ditemukan pada hewan muda, sedangkan di daerahdaerah yang baru pertama kali diserang, penyakit ini ditemukan pada hewan dari segala umur.

Cara Penularan
Cara penularan terjadi melalui kontak, melalui luka-luka kulit waktu menyusui, kontak kelamin, atau kontak dengan bahan-bahan yang mengandung virus penyakit ini. Penularan pada manusia juga terjadi melalui kontak dengan hewan yang sakit atau bahan-bahan yang tercemar oleh penyakit ini.

Gejala Klinik
Masa inkubasi berlangsung selama 2 – 3 hari. Mula-mula terbentuk papula, vesikula atau pustule pada daerah sekitar mulut. Vesikula hanya terlihat selama beberapa jam saja, kemudian pecah/ Isi vesikula ini berwarna putih kekuningan. Kira-kira pada hari ke 10 terbentuk keropeng tebal dan berwarna keabu-abuan. Bila lesi di mulut luas, maka hewan sulit makan dan menjadi kurus. Terjadi peradangan pada kulit sekitar mulut, kelopak mata, alat genital, ambing pada hewan yang sedang menyusui dan medial kaki, pada tempat yang jarang ditumbuhi bulu.

Selanjutnya peradangan ini berubah menjadi eritema, lepuh-lepuh pipih mengeluarkan cairan, membentuk kerak-kerak. yang mengelupas setelah 1 – 2 minggu kemudian. Pada selaput lendir mulut yang terserang, tidak terjadi pergerakan. Apabila lesi tersebut hebat, maka pada bibir yang terserang terdapat kelainan yang menyerupai bunga kool.
Kalau tidak terkena Orf dan infeksi sekunder, lesi-lesi ini biasanya sembuh setelah penyakit tersebut berlangsung 4 minggu.

Pada hewan muda, keadaan ini bias sangat mengganggu, sehingga dapat menimbulkan kematian. Selain itu, adanya infeksi sekunder, memperhebat keparahan penyakit.
Pada bedah bangkai, tidak terlihat adanya kelainan-kelainan menyolok pada alat tubuh bagian bagian dalam, kecuali kelainan-kelainan pada kulit.
Pada manusia, gejala penyakit ini berupa lepuh-lepuh pada tangan dan lengan. Lesi ini kemudian mengering serta mengeras estela 2– 3 minggu.

Diagnosa banding
Penyakit yang mirip dengan Orf adalah cacar pada kambing dan domba. Pada penyakit cacar lesi biasanya mulai dengan haemoragik dan terjadi pada kulit bagian luar, serta ada tendensi meluas keseluruh tubuh, termasukke organ-organ tubuh bagian dalam. Dengan mikroskop electron, kedua jenis virus tadi dapat dibedakan. Pada cacar kambing, lesi yang terjadi tidak separah seperti pada cacar domba, dan lebih mirip Orf.

Pencegahan penyakit
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian autovaksin pada daerahdaerah enzootic. Vaksin ini dibuat dari keropeng kulit yang menderita, dibuat tepung halus dan disuspensikan menjadi 1 % dalam 50 % gliserin. Vaksinasi pada hewan muda dilakukan berupa pencacaran kulit, diadakan pada kulit di daerah sebelah dalam paha, sedangkan pada hewan dewasa dilakukan disekitar leher, beberapa minggu sebelum masa penyusuan.

Anak domba biasanya divaksinasi pada umur 1 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 2 – 3 bulan agar memperoleh kekebalan yang maksimal. Reaksi timbul 7 hari setelah vaksinasi dan kekebalan berlangsung selama 8 – 28 bulan. Hewan di daerah endemic sebaiknya divaksinasi setiap tahun. Vaksin harus diperlakukan hati-hati agar tidak menginfeksi tangan. Sedang botol bekas awetan segera dibakar agar tidak mengkontaminasi tanah atau tempat diadakan vaksinasi. Pada daerah yang belum dijangkiti penyakit ini, tidak dianjurkan mengadakan vaksinasi. Karena Orf dapat menular pada manusia, maka pada waktu vaksinasi harus memakai sarung tangan.

Pengendalian dan pemberantasan
Hewan yang menunjukkan gejala sakit segera dipisahkan dari hewan yang sehat, agar perluasan penyakit dapat dibatasi. Di samping itu, tempat penggembalaan yang tertulari sebaiknya tidak dipakai lagi untuk jangka waktu lama, mengingat bahwa virus Orf masih dapat hidup beberapa bulan di udara luar. Daerah sekitar terjangkit segera diberi vaksinasi massal agar penyakit dapat dikendalikan dan tidak menjalar lebih luas. Hewan yang mati karena penyakit ini segera dibakar atau dikubur dalam.

Pengobatan
Hewan yang sakit dapat diobati dengan antibiotic berspektrum luas untuk infeksi sekunder. Di samping itu dapat juga diberikan multivitamin agar kondisi tubuh dapat diperbaiki. Sedang pada kulit yang sakit dapat diberikan pengobatan lokal dengan salep atau jood tincture.

Kambing yang sakit sebaiknya dipisahkan sendiri dan diberi pakan rumput segar dan lunak. Hewan muda yang telah sembuh,menjadi kebal seumur hidup.Mengingat bahwa penyakit ini dapatmenular ke manusia, sebaiknya daging yang berasal dari hewan sakit tidak untuk dikonsumsi. Karena itu pemotongan hewan sakit tidak diperbolehkan.

Pemotongan hewan yang sakit atau tersangka sakit tidak dilarang dengan syarat harus di bawah pengawasan dokter hewan yang berwenang.

Daftar Pustaka
1. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular Jilid II, Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemaen Pertanian.
2. Penggemukan kambing Potong, Subangkit Mulyono, B. Sarwono.
3.  Pedoman Praktis Beternak Kambing – Domba sebagai ternak potong, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 1989.

JIKA ARTIKEL INI MENURUT ANDA BERMANFAAT  MOHON DI SHARE MELALUI FACEBOOK TWETTER SEMOGA BISA MENAMBAH PENGETAHUAN UNTUK MASYARAKAT DAN MENAMBAH RIZQI ANDA

Baca juga artikel yang lain :

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Dengan banyaknya yang menyukai burung lovebird, harga jual burung ini pun sangat tinggi dan meningkat, seiring dengan berjalannya waktu. Sehingga wajar, bila para peternak burung berlomba-lomba membudidayakan burung lovebird agar meraup banyak keuntungan. Namun hal yang banyak terjadi, dalam proses budidaya/beternak burung lovebird, Kita sering mengalami kegagalan untuk mengawinkan keduanya (jantan dan betina). Alasannya cukup simpel, tidak sedikit burung. Masih berkaitan Jika menggunakan cabai bubuk korea warnanya akan jauh lebih merah dan jika menggunakan cabai lokal warnanya tidak secerah cabai korea tapi rasanya lebih mantap.
    Cara Mengobati Penyakit Orf Pada Kambing Ciri ciri burung Stress Ufa Bunga SMartphone

    BalasHapus